Sofa tidak selamanya berselimut kain atau kulit, bertubuh gemuk, dan empuk jika diduduki. Ada juga sofa yang lebih banyak mengekspos kayu dengan bantalan yang bisa dilepas.
Istilah sofa sudah sedemikian akrab dalam kehidupan sehari-hari kita. Barangkali kita bisa menjumpai benda yang fungsinya sebagai tempat duduk ini di hampir semua bangunan— rumah, kantor, cafe, rumah sakit, salon, dan sebagainya. Bahkan banyak orang yang menganggap bahwa kehadiran sofa adalah suatu kewajiban dalam kelengkapan interior sebuah rumah tinggal.
Mengekspos Kayu
Kalau mendengar kata-kata “sofa”, mungkin bayangan Anda langsung melesat ke tempat duduk panjang yang “gemuk” dan empuk. Padahal sofa tidak harus selalu demikian. Evolusi yang terjadi sepanjang perjalanan waktu menghasilkan beragam varian dalam sofa. Selama berfungsi sebagai tempat duduk, bentuknya panjang—untuk kapasitas duduk dua orang atau lebih—ia bisa dibilang sofa. Apakah dilengkapi sandaran punggung, sandaran tangan, dilapisi kain/kulit, diberi busa pengempuk atau tidak, semuanya bisa dikatagorikan dalam sofa.
Nah, salah satu varian sofa yang cukup populer di Indonesia, adalah sofa kayu. Yang dimaksud dengan sofa kayu di sini adalah sofa yang terbuat dari rangka kayu. Bisa Jati, Mahoni dan jenis kayu-kayu lainnya. Sofa ini bisa memiliki bantalan di bagian tempat duduk atau di bagian sandaran punggung, bisa juga tidak. Dan bantalan ini tidak selalu menyatu dengan rangka kayu; melainkan kadang-kadang ada yang bisa dilepas. Pokoknya, sofa yang terbuat dari kayu dan mengekspos kayunya—bukan pelapisnya, kami masukkan dalam katagori sofa kayu. Istilah sofa kayu bukanlah istilah yang umum dipakai. Kami menggunakannya di sini hanya untuk membedakan dengan sofa yang seluruh badannya dilapisi kain/kulit, sekalipun rangkanya juga terbuat dari kayu.
Cocok untuk Iklim Tropis
Ciri khas iklim tropis adalah udara lembab dan banyak debu. Dua masalah ini menurut CustomMebel adalah musuh besar sofa yang mengekspos pelapis kain. Karena itu sebetulnya sofa kain kurang cocok untuk iklim Indonesia yang tropis. Apalagi kalau kita menggunakan kain dengan warna-warna terang. Namun dengan beberapa pertimbangan lain—estetika, kenyamanan, dan sebagainya—banyak orang lebih memilih sofa berpelapis kain.
Buat Anda yang ingin alternatif sofa, Anda bisa memilih sofa kayu, yang lebih bersahabat dengan iklim Indonesia. Membersihkan kayu tentunya lebih mudah ketimbang membersihkan kain. Apalagi sofa yang bantalannya bisa dilepas, tentunya proses mencuci sarung bantalan lebih praktis. Bahkan kalau bosan dengan corak bantalannya, Anda bisa menggantinya dengan lebih mudah.
Ciri iklim tropis lainnya adalah curah matahari yang cukup besar. Seperti juga sofa kain, sebaiknya hindari sofa kayu dari siraman sinar matahari langsung agar warnanya tidak cepat pudar. Kecuali sofa kayu tersebut memang dirancang untuk kebutuhan luar ruang yang tentunya sudah melalui proses tertentu agar lebih tahan cuaca.
Musuh sofa kayu lainnya adalah rayap. Namun kemajuan teknologi pengolahan kayu kini sudah bisa melindungi kayu dengan cukup baik.
Natural, Etnik, dan Antik
Pada dasarnya sofa kayu lebih mengekspos kayunya ketimbang pelapisnya. Ini memungkinkan orang untuk bermain dengan jenis kayu—yang tentunya berpengaruh pada serat serta warna—dan bermain dengan garis-garis atau ornamen seperti ukiran.
Anda yang mencintai unsur kayu bisa memilih jenis sofa kayu untuk mengisi rumah. Bila ingin sentuhan modern, Anda tinggal memilih bentuk-bentuk geometris. Bila luas rumah terbatas, Anda bisa menggunakan bentuk-bentuk yang simpel.
Sofa kayu juga bisa menjadi pilihan bila Anda menyukai model klasik atau antik—dua model yang menurut Prima in terus. Unsur kayu yang banyak terekspos memungkinkan sofa memamerkan ornamen berbentuk ukiran, ciri khas model klasik dan antik.
Berikut 50 Sofa Kayu yang CustomMebel pilih untuk Anda jadikan sebagai referensi:
Sumber:
www.rumahpantura.com, www.pinterest.com